Uji Validitas Nasihah Dzahabiyyah

25 Feb

Nasihah Dzahabiyyah merupakan sebuah Surat yang ditemukan dan diberinama oleh Al Kautsari yang konon dikirimkan oleh Ad Dzahabi kepada Gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Isinya merupakan nasihat yang cukup keras bahkan lebih kepada kecaman Terhadap ibnu Taimiyah. Jadi bukan dinamakan oleh Al Imam Ad Dzahabi selaku yang diklaim sebagai pengirimnya.

Perlu diketahui bahwa manuskrip surat ini tidak Pernah ditemukan dengan tulisan Ad Dzahabi, namun disalin Oleh Qadhi Ibnu Syuhbah (wafat tahun 851 hijriah), Ia mengatakan dalam manuskrip tersebut bahwa Ia menyalin dari Naskah Al Burhan Ibnu Jamaah yang menyalin dari naskah Al hafidz As Sholahuddin Al Ala’I yang diambil dari tulisan Ad Dzahabi
Manuskrip Surat ini dapat dilihat di darul kutub Al Mishriya no 18823.

Semenjak dipublikasikan oleh Al Kautsari pada tahun 1347 Hijriah, surat ini menuai banyak opini Publik, baik dari para pecinta Ibnu Taimiyah maupun yang membencinya.
Surat ini amat penting bagi kedua belah Pihak karena dari isinya, dapat ditentukan Sikap al Hafidz Ad Dzahabi terhadap ibnu Taimiyah.

Para Pecinta Ibnu Taimiyah menemukan Beberapa kejanggalan dalam surat tersebut diantaranya:

1. Perbedaan Tulisan Ibn Qadhi Syuhbah pada manuskrip surat tersebut dengan Tulisan Beliau pada manuskrip Tarikh Ibnu Qadhi Syuhbah yang beliau tulis sendiri.

Perhatikan dan Bandingkan tulisan Berikut!

Text Nasihah Dzahabiyah tulisan Qadhi Ibnu Syuhbah

Manuskrip Tarikh Ibnu Qadhi Syuhbah tulisan Beliau sendiri

Halaman Cover Tarikh Ibnu Qadhi Syuhbah

2. Surat Tersebut dipublikasikan oleh al Kautsari yang terkenal selalu berpendapat miring terhadap Ibnu Taimiyah

3. Surat Tersebut disalin Oleh Ibnu Qadhi Syuhbah yang juga selalu berpendapat miring Terhadap Ibnu Taimiyah

4. Surat Tersebut diriwayatkan dengan metode tahammul (penenerimaan riwayat) yang tidak Muttashil, karena lebih rendah dari Cara Tahammul dengan Wijadah -yaitu pemberian hak meriwayatkan sekalipun yang diberikan tersebut belum pernah membaca seluruh atau sebagian apa yang ia riwayatkan-, yang jelas tidak Muttashil.

5. sifat surat Ini sangat pribadi, apalagi isinya sangat berbeda dengan ungkapan-ungkapan yang selalu disematkan oleh ad Dzahabi terhadap gurunya ini, lalu apa yang membuat surat ini sampai bisa disalin oleh Sholahuddin Al Ala’I dan bocor kepublik?. Kalaulah surat ini sampai kepada ibnu Taimiyah, niscaya ia tidak akan mungkin mendapatkannya, karena Ibnu Taimiyah diakhir hidupnya dimana surat ini dikirimkan sedang berada dipenjara. Ataukah surat ini memang sengaja dibuat-buat lalu dipakaikan sanad?

6. Surat ini tidak diriwayatkan bahkan tidak di Isyaratkan sama sekali oleh orang-orang yang amat dekat dengan beliau dan murid-murid senior beliau. Seperti Ibnul Qayyim, Ibnu Abdil hadi dan juga Ibnu katsir. Surat ini gharib dari segi periwayatan dan bertolak belakang matannya dengan kenyataan. Oleh karena itu validitasnya tidak dapat dibuktikan.

Adapun orang-orang yang Memusuhi Ibnu Taimiyah meyakini Bahwa Surat Ini asli dan memang ditulis Oleh Ad Dzahabi untuk Ibnu Taimiyah yang merupakan gurunya. Para Pembenci Ibnu Taimiyah bahkan mengatakan bahwa Adz Dzahabi adalah mantan murid ibnu Taimiyah berdasarkan persangkaan mereka terhadap kebenaran surat ini.

Sebagai Informasi, Validitas Surat ini juga ditetapkan oleh:

1. Dr Solahuddin Al Munajjid

Beliau adalah pengarang kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Siratuhu wa Akhbaruhu inda almuarrihin.
Beliau mengatakan : “sebagian orang meragukan penisbatan Nasihat ini kepada Ad Dzahabi, namun Tidak ada keraguan bagi saya bahwa Nasihat tersebut adalah dari Beliau, sungguh telah ditulis manuskripnya dari tulisan Ad Dzahabi, dan tidak diingkari oleh seorangpun ulama yang menukilnya seperti Taqiyuddin Ibnu Qadhi syuhbah dan selainnya. Ini adalah uslub Ad Dzahabi ketika Menyerang. Dan tampaknya nasihah tersebut ditulis pada akhir hidupnya, namun tidak ada seorangpun yang memuji Ibnu Taimiyah seperti Pujian Ad Dzahabi, tetapi ia mengkritiknya pada sebagian kesempatan dalam hidupnya karena cinta dan kasihan kepadanya”

2. Dr Basyar Awad ma’ruf

Beliau mengarang Sebuah Kitab yang berjudul “Ad Dzahabi wa Manhajuhu fi Kitabihi Tarikh Islam” Beliau berkata tentang As Sakhawi [ ….dia adalah salah seorang yang mengisyaratkan sebuah surat Ad Dzahabi kepada ibnu Taimiyah, yang dipercaya penisbatannya kepadanya, meskipun begitu, diragukan bukan hanya oleh seorang saja..] beliau juga Mengatakan : “sebagian orang memilih untuk berpendapat bahwa surat tersebut adalah palsu, padahal tidak bisa dianggap demikian”. Beliau juga mengisyaratkan didalam Muqaddimah Kitab Siyar A’lamin Nubala, beliau berkata: “… dan ia (ad Dzahabi, pent) telah mengirim surat kepadanya(ibnu Taimiyah, Pent) berupa nasehat emas yang menyalahkannya dan mengkritik sebagian pendapat-pendapatnya dan pendapat sebagian sahabatnya…”
Syaikh Basyar Awad juga merupakan pentahqiq  tahdzibul Kamal

Adapun penetapan bahwasanya As Sakhawi mengisyaratkan tsabitnya nasihah Ini dalam Kitabnya I’lanut taubih Liman Dzammat Tarikh, maka diragukan Karena secara jelas yang beliau maksudkan adalah kitab Risalah Zaghlul ilmi wa Atthalab yang memang merupakan kitab beliau dan telah ditahqiq Oleh Syaikh Muhammad Al Azmi. Buktinya beliau menukil isi kitab tersebut dan bukan risalah Nasihah Dzahabiyah. Kitab tersebut juga mendapat sorotan karena didalamnya terdapat dua paragraph yang dimungkinkan atau dipahami oleh beberapa orang sebagai kritikan Pedas Ad Dzahabi terhadap Ibnu Taimiyah.

Text Pernyataan As Sakhawi yang justeru menukil Kitab Zaghlul Ilmi Bukan surat tersebut

Kesimpulan

Saya pribadi amat tersentuh dengan isi nasihat tersebut, namun satu hal yang perlu diketahui adalah bahwasanya nasihat itu untuk orang yang masih Hidup, jadi jelas kalaulah surat itu benar, maka pastilah ditulis ketika ibnu Taimiyah masih hidup.

Saya tawaqquf terhadap valid tidaknya surat tersebut, namun Perlu diketahui bahwa Ad Dzahabi telah menulis dan atau menyinggung biografi ibnu Taimiyah dilebih dari 7 kitab karangannya, diantaranya Dzailut Tarikh Islam, Mu’Jam Syuyukh, Tadzkiratul Huffadz, Dzailul ibar, Duwalil Islam, Al i’lam biwafayatil a’lam, dan Almu’jam Al Mukhtas. Semuanya menyebutkan bahwa tahun lahir dan atau tahun wafatnya yaitu lahir tahun 660 atau Rabiul Awal tahun 661 Hijriah dan Wafat Bulan Dzulqa’dah tahun 728 Hijriah, bahkan dalam Kitab Duwali Islam beliau menegaskan bahwa Jumlah Umurnya 67 tahun lebih beberapa Bulan. Dari Penyebutan tahun Wafat tersebut, maka dipastikan kitab -kitab tersebut selesai dikarang setelah wafatnya ibnu Taimiyah.

Di kitab-kitab yang selesai dikarang setelah wafatnya Ibnu Taimiyah tersebut Adz dzahabi Hanya memuji Ibnu Taimiyah Saja, kalaupun mengkritik sepaling keras dia mengatakan “semua manusia bisa diambil pendapatnya dan bisa ditinggalkan”
dan secara tegas di Mu’jam Syuyukh beliau memanggil dengan kata syaikhuna dan juga beliau tak lupa memanggil dengan Syaikhul Islam dan Taqiyuddin tanpa meragukannya sedikitpun diseluruh karangan yang menyinggung nama beliau.

JIka kitab-kitab tersebut menyebut Tahun Wafat Ibnu Taimiyah, maka Jelaslah bahwa kitab tersebut selesai dikarang Setelah Wafatnya Ibnu Taimiyah.

Jadi, kalau saja dikatakan Surat itu benar (tidak pasti), maka adalah sangat pasti bahwa Adz Dzahabi telah membatalkan Surat tersebut dengan Pujian-pujiannya dikitab-kitab beliau yang secara jelas, tegas, dan meyakinkan selesai dikarang setelah wafatnya Ibnu Taimiyah dan dipastikan ditulis setelah dikirimnya surat yang meragukan tersebut.

Semoga Bermanfaat

Lampiran:

  1. Terjemahan Naskah Dzahabiyah
  2. Naskah Nashihah Dzahabiyah yang ditemukan oleh al Kautsary

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala Puji bagi Allah atas kerendahan hatiku, Wahai Rabb Kasihanilah aku dan kurangilah Kesalahanku, Jagalah Imanku. Alangkah Sedihnya diriku atas sedikitnya kesedihanku, alangkah dukanya pada sunnah dan kepergian para pemiliknya, Alangkah sedihnya orang-orang beriman yang berbagi denganku dalam tangis, alangkah sedihnya atas kehilangan oarng-orang yang merupakan lampu-lampu Ilmu, bertaqwa dan lumbung kebaikan.Sayang sekali! karena tidak menemukan dirham yang halal atau saudara yang yang mencintai

Sungguh beruntung bagi orang yang selalu disibukkan untuk menyelidiki aib dirinya sendiri, sehingga tidak sempat untuk menyelidiki aib orang lain. Dan celakalah bagi orang yang disibukkan oleh aib orang lain, sehingga tidak sempat menyelidiki aib diri sendiri. Sampai kapan engkau akan Memperhatikan bintik dimata saudaramu dan melupakan catatan pada dirimu. Sampai Kapan engkau akan memuji dirimu sendiri, ocehanmu, dan gayamu, sementara engkau menyalahkan ulama dan mencari-cari rahasia orang lain padahal engkau tahu larangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam : “ jangan engkau menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh orang yang meninggal kecuali hal-hal yang baik saja, sesungguhnya mereka telah menyerahkan apa yang telah mereka perbuat.

Tentu saja, aku menyadari bahwa Anda akan membela diri dengan mengatakan serangan itu hanya bagi mereka yang tidak pernah mencium bau Islam dan tidak tahu apa yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam dan itu adalah jihad Anda . Tidak demikian, demi Allah! orang-orang yang menyerang Anda telah mengetahui hal yang jika mereka melakukannya niscaya mereka akan berhasil, namun mereka tidak mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi mereka: “Termasuk dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”

Wahai laki-laki! Demi Allah berhentilah! Sesungguhnya anda pendebat nan pandai bersilat lidah lagi tidak tidur dan istirahat, jauhilah berlebih-lebihan dalam bergama, Nabi anda Shallallahu Alaihi Wasallam membenci banyaknya masalah, menganggap buruk, dan juga melarang banyak bertanya. Beliau Bersabda: “ Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas ummatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.”,
Apabila Banyak berbicara tanpa dalil saja dapat mengeraskkan hati jika terkait dengan halal dan haram, Apalagi jika terkait dengan ungkapan-ungkapan Yunusiyyah dan filsafat yang semua kekufuran itu membutakan hati. Demi Allah kami telah menjadi bahan tertawaan. Sampai kapan engkau menggali rincian-rincian kekufuran filsafat untuk kita bantah dengan akal-akal kita.

Wahai laki-laki!
Engkau telah menelan racun filsafat dan karangan-karangan mereka berkali-kali. Dan dengan dengan banyaknya mengkonsumsi Racun tersebut, maka jasadmu kecanduan dan racun tersebut menetap. -Demi Allah- Menetap ditubuhmu

Oh.. alangkah rindunya dengan majlis yang didalamnya ada tilawah dan tadabbur, khosyah dengan zikir, hening dengan tafakkur. Oh…alangkah rindunya kepada Majelis yang disebutkan didalamnya kebaikan-kebaikan, Maka Ketika orang-orang solih disebutkan kebaikannya, turunlah rahmat. Bukan ketika menyebut-nyebut orang-orang solih, disebutkan dengan penghinaan dan laknat.
Pedang Hajjaj dan lisan ibnu Hazm adalah dua saudara (tidak ada yang selamat dari keduanya, pent), kini engkau bergabung dengan mereka berdua.

Demi Allah kami menahan diri dari menyebutkan bid’ah Khumais dan memakan biji-bijian, telah didapati pada penyebutan Bid’ah yang kami anggap pangkal kesesatan justeru menjadi Sunnah yang murni dan asas tauhid, dan barang siapa yang tidak mengetahuinya niscaya ia adalah orang kafir atau keledai. Dan barang siapa yang tidak mengkafirkan, niscaya ia Lebih kufur dari fir’aun, dan anda menganggap nasrani seperti kami. Demi Allah didalam hati kami ada keraguan, jika Imanmu selamat dengan dua Syahadat maka niscaya engkau akan berbahagia

Alangkah kecewanya para pengikutmu, Sesungguhnya mereka menyodorkan diri kepada kezindikan dan kebuntuan, apalagi jika sedikit ilmu dan agamanya, manja lagi pemalas. Tetapi bermanfaat untukmu dan berjuang dipihakmu dengan tangan dan lisan, padahal sebenarnya, kondisi dan hatinya tersebut adalah musuhmu.
Apakah kebanyakan pengikutmu adalah orang-orang picik yang pendek akalnya, atau orang awam yang pendusta lagi dungu, atau orang Asing yang mumpuni akal bulusnya, atau orang solih yang kering lagi kosong pemahamannya. Jika engkau tidak membenarkan aku, maka koreksilah dan nilailah mereka dengan adil.

Wahai Muslim

Engkau telah mengedepankan nafsu keledai untuk memuji dirimu, sampai kapan engkau akan mempertahankan egomu dan menyerang orang-orang pilihan. Berapa lama lagi kau akan menghargainya dan menghina orang-orang yang berbakti, berapa lama lagi engkau akan mengagungkannya dan merendahkan hamba-hamba. Sampai Kapan engkau akan menjadi teman dekatnya dan membenci orang-orang zuhud.
Sampai kapan kamu memuji-muji omonganmu sendiri dengan pujian yang tidak engkau berikan bahkan kepada hadis-hadis Bukhari & Muslim, andai hadist-hadist dari keduanya selamat dari kecamanmu, bahkan setiap saat engkau menyerangnya dengan mendha’ifkannya dan menggugurkannya dengan takwil atau pengingkaran.

Bukankah ini saatnya datang untuk menyerah? Bukankah sudah waktunya untuk bertobat dan menebus dosa? Bukankah Anda pada sepersepuluh dari Kehidupan manusia ketika ia mencapai tujuh puluh tahun dan keberangkatan akhir sudah dekat? Memang, Demi Allah, aku tidak ingat bahwa Anda mengingat kematian.Bahkan Anda mengejek siapapun yang mengingat kematian. Jadi saya tidak yakin Anda akan menerima perkataanku dan berkenan mendengar nasihatku. Bahkan anda berkeinginan kuat untuk membantah surat ini dengan berjilid-jilid dan menggunting perkataanku hingga berkeping-keping, dan engkau akan senantiasa menuntutnya hingga aku katakan kepadamu :” Aku diam”

Jika ini adalah kedudukanmu disisiku sedangkan aku adalah seorang yang memiliki simpati , cinta, dan Sayang kepadamu. Maka bagaimanakah kedudukanmu disisi musuh-musuhmu, sedangkan musuh-musuhmu –Demi Allah- diantara mereka Itu ada orang-orang solih, cendikiawan, dan orang-orang yang memiliki keutamaan. Seperti halnya diantara para penolongmu ada penjahat, pendusta, jahil, jagoan, keji dan Penggembala sapi.

Saya bisa menerima jika anda merendahkan saya di depan umum, sementara diam-diam anda mendapatkan manfaat dari apa yang saya katakan. “Semoga Allah memuliakan orang yang menunjukkan padaku kesalahan saya” [Perkatan umar, pent]. Karena aku punya banyak aib dan sering berbuat dosa, dan celakalah aku jika aku sendiri tidak bertobat, dan sangat besar maluku kepada Yang maha mengetahui sesuatu yang tersembunyi. Satu-satunya obat bagi saya adalah pengampunan Allah dan pengampunan-Nya, taufikNya, dan bimbinganNya.

Segala Puji Bagi Allah Rabb Semesta Alam. Sholawat dan Salam kepada Sayyidina Muhammad penutup Para Nabi, dan kepada keluarga serta seluruh sahabatnya..

14 Responses to “Uji Validitas Nasihah Dzahabiyyah”

  1. Tommi May 18, 2010 at 11:12 am #

    Wah ternyata sudah ada jawabannya di web ini, syukron Alhamdulillah, saya sedang mencari2 artikel tentang valid tidaknya naskah An-Nashihah ini. Ternyata Allah Yang Maha Pemurah telah menuntun saya untuk sampai pada halaman ini.

    Terima kasih atas kebaikan antum, wahai pemilik blog yg dirahmati Allah Ta’ala. Semoga Allah azza wa Jalla merahmati Syaikhul Islam dan murid2nya -rahimahumullahu Ta’ala- serta para syaikh -hafidzahullahu Ta’ala- yg setia didalam manhaj salaf sholeh.

    • dobdob May 19, 2010 at 4:12 am #

      Akhil karim, setelah mendapatkan ilmunya, jangan lupa sebarkan kepada kaum muslimin agar mereka tidak terfitnah

    • dobdob August 5, 2010 at 2:41 am #

      buru-buru ya akh? gak pake penutup dan pembuka

      sepengetahuan saya, sebenarnya ada dua kitab khusus yang membahas tentang nasihah Dzahabiyah, dan juga tak terhitung tulisan yang terdapat dalam bab di sebuah buku maupun artikel internet. salah satu kitabnya adalah yang antum sebutkan yang dikarang oleh Al Qanuni yang beliau dengan tegas menetapkan bahwa surat itu asli namun ditulis oleh orang lain. satu lagi dikarang oleh As Syaibani, salah seorang penulis dan murid syaikh Albani sebagaimana yang diisyaratkan oleh Syaikh Salman dalam salah satu fatwanya, dalam hal ini syaikh As syaibani tidak sampai menuduh orang lain, namun melakukan kajian matan terhadap surat tersebut. sebelum menulis artikel ini, saya telah mendownload kedua kitab tersebut dalambentuk PDF. saya mohon maaf tidak menuliskan maraji saya.

      namun yang jelas, saya tidak mau terlalu mendalam membahas dan meringkas kedua kitab tersebut dalam artikel saya karena kedua kitab tersebut juga tidak memastikan dengan bukti yang amat kuat kalau nashihah tersebut bukan tulisan az Zahabi. isinya hanya Indikasi-indikasi saja.

      oleh karena itu saya lebih memilih logika sederhana dalam membuyarkan penisbatan kitab tersebut kepada Az Zahabi lewat kenyataan seperti yang saya sebutkan dalam kesimpulan artikel yang saya tebalkan diatas.

      Wallahu a’lam

  2. mahdiy August 7, 2010 at 11:05 pm #

    apakah ‘nashihah dzahabiyah’ sama dgn ‘risalah dzahabiyah’?

    Alhamdulillah, setelah ana konfirmasi, ternyata kitab Ar Risaalah Adz Dzahabiyyah yang dinisbatkan ke Imam Adz Dzahabi tsb adalah tidak benar, alias bukan hasil karya beliau. hal ini dibuktikan dengan kandungan kitab yang bertentangan dengan kitab-kitab Imam Dzahabi lainnya yang demikian menyanjung Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, selain juga tidak selaras dengan akidah Imam Dzahabi yg disebutkan di kitab-kitab lainnya. Ada seorang peneliti bernama Syaikh Muhammad Ibrahim Asy Syaibani yang membantah habis kitab tsb dan menafikannya sebagai kitab Adz Dzahabi.
    kedua: yang pertama kali memunculkan dan mengklaim bhw kitab tsb adalah tulisan Adz Dzahabi ialah tokoh Jahmiyyah kontemporer yang sangat membenci Ibnu Taimiyyah, termasuk sejumlah ulama Salaf… yaitu Muhammad Zahid Al Kautsari yg mentahqiq kitab tsb… bantahan selengkapnya ttg hal ini bisa antum lihat di:
    http://www.almenhaj.net/makal.php?linkid=601
    ini merupakan jawaban Syaikh Masyhur Hasan Salman (masih bahasa Arab) terhadap pertanyaan yg seperti antum lontarkan.

    Soal-Jawab

    • dobdob August 9, 2010 at 1:16 am #

      yah, sama saja.

      Alhamdulillah, link fatwa Syaikh Salman yang antum sebutkan merupakan salah satu bahan penulisan artikel ini dan saya telah membacanya berulang-ulang, begitu juga kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Ibrahim Asy Syaibani dan juga Al Qanuni. namun kedua kitab tersebut sifatnya hanya Dzan saja, keduanya tidak dapat menemukan alibi pasti untuk membatalkan dakwaan tersebut. diketahui juga, berbeda dengan ibnu Katsir dan ibnul Qayyim, Az Zahabi sesekali memberikan kritik halus terhadap ibnu Taimiyah, namun tak ada orang yang lebih banyak memberikan pujian kepada Syaikhul Islam selain beliau. silahkan membaca kesimpulan yang saya tebalkan dalam artikel diatas.

  3. mutiarazuhud September 30, 2010 at 7:22 am #

    Assalammualaikum Wr Wb.

    Bagaimana antum dapat memastikan bahwa Al Imam Adz Dzahabi telah membatalkan Surat tersebut dengan pujian-pujiannya dikitab-kitab beliau yang ditulis setelah wafatnya Syaikh Ibnu Taimiyah ?

    Sedangkan kita paham bahwa Al Imam Adz Dzhabi sangat menghormati ulama yang telah wafat dan pasti Beliau “meninggalkan” pendapat Syaikh Ibnu Taimiyah yang beliau tidak sependapat berdasarkan tulisan beliau “semua manusia bisa diambil pendapatnya dan bisa ditinggalkan”

    Sebagaimana yang disampaikan Dr Solahuddin Al Munajjid sebagaimana yang antum sampaikan dalam tulisan,

    “tampaknya nasihah tersebut ditulis pada akhir hidupnya, namun tidak ada seorangpun yang memuji Ibnu Taimiyah seperti Pujian Ad Dzahabi, tetapi ia mengkritiknya pada sebagian kesempatan dalam hidupnya karena cinta dan kasihan kepadanya”

    Al Imam Ad Dzahabi telah menyampaikan nasihat sebagai wujud cinta dan kasihan kepada Syaikh Ibnu Taimiyah. Bagaimanapun tanggapan atau perubahan yang terjadi pada Syaikh Ibnu Taimiyah atas nasihat tersebut menjadi bagian yang akan beliau pertanggung jawabkan dan beliau telah wafat.

    Allah swt melarang dan mengharamkan sesuatu kepada hambaNya, hakikatnya adalah wujud dari Ar-Rahman dan Ar-Rahim Nya

    Wassalam

    • dobdob September 30, 2010 at 8:46 am #

      saya tidak memastikan beliau telah membatalkan surat tersebut. apakah saya memastikan surat itu ada? pahamkah anda makna tawaqquf? lalu apa yang mau saya pastikan bila suratnya saja saya tidak yakin ada atau tidak ada.

      saya hanya berpikir logis bahwa surat tersebut bukan lagi nasehat, namun celaan. sedangkan surat itu diperselisihkan. lain hal dengan kitab-kitab biografi yang beliau tulis. lebih dari 6 kitab yang menunjukkan bahwa beliau memuji dengan pujian yang amat tinggi. sulit untuk mengatakan bahwa pujian dan celaan seperti yang ada dalam surat dan kitab-kitab biografi tersebut berasal dari orang yang sama. kalaupun berasal dari orang yang sama. maka pujian itu ditulis setelah meninggalnya ibnu taimiyah sedang surat itu disampaikan pasti sebelum meninggalnya. berpikirlah saudaraku!!

  4. mutiarazuhud September 30, 2010 at 7:39 am #

    Tambahan:

    Sikap Al Imam Adz Dzhabi menghormati ulama yang telah wafat saya pahami dari beliau yang mengikuti larangan Rasulullah saw. “Jangan engkau menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh orang yang meninggal kecuali hal-hal yang baik saja, sesungguhnya mereka telah menyerahkan apa yang telah mereka perbuat.”

    Saya yakin setelah Syaikh Ibnu Taimiyah wafat, maka Al Imam Adz Dzhabi tidak akan lagi membicarakan atau mengungkapkan tentang nasehat beliau kepada Syaikh Ibnu Taimiyah. Kita paham isi nasehat tersebut adalah terhadap hal-hal yang buruk pada Syaikh Ibnu Taimiyah.

    Wallahu a’lam

    • dobdob September 30, 2010 at 8:41 am #

      az Zahabi itu ahli hadits, sudah menjadi adat kebiasaan ahi hadits untuk terang-terangan mengkritik orang. jadi saya kira itu adalah pengecualian. kalau seorang mempunyai kesalahan dan itu telah tersebar dikalangan umum maka harus diungkap agar kelak generasi selanjutnya tidak tersesat. diamnya az Zahabi menjadi bukti bahwa dia membatalkan suratnya kalau benar ia yang menulisnya atau memang surat itu tak pernah ada.

  5. gondrong April 19, 2011 at 12:05 am #

    assalam,..
    ya ustadz apakah ada ulama sezaman dgn beliau para ulama yg telah membantah dan mengkritisi nasihat imam adzahabi bahwa hal tsb bukan tulisannya,spt murid2 imam adzahabi nya begitu..? tentunya hal inilah yg mungkin paling mendekati kevalidan nasihat nya tsb,…wallahu a’lam

    • dobdob April 19, 2011 at 10:55 am #

      hmmm.. diawal sudah saya katakan bahwa surat ini pertama kali diungkap oleh al kautsari yang notabene memiliki permusuhan dengan Ibnu Taimiyah dan orang-orang yang mengidolakannya. jadi emang tidak ada sama sekali sumber dari jaman sebelum al kautsari yang menyinggung surat ini. adapunyang disinggung oleh as sakhawi bukanlah surat ini, tapi risalah yang lain.

Trackbacks/Pingbacks

  1. Naskah Risalah Dzahabiyah « Ibnu Taimiyah - March 4, 2010

    […] Naskah Risalah Dzahabiyah Maret 1, 2010 Posted by dobdob in Kontroversial. trackback Terjemah dari Naskah Risalah Nasihah Adz Dzahabiyyah yang dipublikasikan pertama Kali Oleh Muhammad Zahid Al Kautsari.. Silahkan baca  ulasan tentang Nasihah Ini diartikel sebelumnya disini […]

  2. Uji Validitas Nasihah Dzahabiyyah [Terhadap Ibnu Taimiyyah] | Artikel Islami - June 26, 2011

    […] https://syaikhulislam.wordpress.com/2010/02/25/uji-validitas-nasihah-dzahabiyyah/ […]

Leave a comment